Aramburu mengatakan semua elemen yang terlibat dalam proses penciptaan knowledge, merupakan knowledge asset. Asset informasi juga merupakan elemen-elemen yang dapat membentuk suatu informasi. Asset tersebut dapat berupa input, output, atau moderator di dalam proses pembentukan tersebut. Sebagai contoh, kepercayaan antar personil merupakan hasil dari proses informasi dan pembentukan pengetahuan di dalam sebuah organisasi. Asset sendiri dapat dikategorikan menjadi 4 tipe:

  1. Experiental knowledge asset, berisi dari tacit knowledge yang dibangun dari pengalaman-pengalaman karyawan. Dari asset knowledge ini, perusahaan dapat menggunakannya untuk mengetahui value waktu dan uang di benak karyawan dari kegiatan yang biasa dilakukan oleh para karyawan tersebut.
  2. Conceptual knowledge asset, berisi explicit knowledge yang dapat dituangkan menjadi gambar, symbol, ataupun tulisan. Dari asset ini biasanya perusahaan dapat mengetahui value waktu dan uang yang sudah tertuang ke dalam konsep/sudah menjadi standar.
  3. Systemic knowledge asset, berisi dari explicit knowledge yang dikemas dengan sistematis. Ini biasa disebut asset informasi, contohnya seperti teknologi, manual, dokumen-dokumen, informasi mengenai pelanggan dan pemasok, spesifikasi produk. Asset ini memiliki resiko yang sangat tinggi, karena merupakan hal penting bagi perusahaan dalam menjalankan bisnis prosesnya.
  4. Routine knowledge asset, berisi tacit knowledge yang sudah tertanam dan menjadi regulasi dalam operasional dan mengandung culture, praktek, dan prosedur dalam perusahaan tersebut. Contohnya proses bisnis, sistem informasi, dan database.

sumber:

N. Aramburu, J. Sáenz & O. Rivera. (2006) Fostering innovation and knowledge creation: the role of management context. Journal of Knowledge Managemen, vol. 10, no. 3, pp.157-168.