$theTitle=wp_title(" - ", false); if($theTitle != "") { ?>
Communications is human nature. Knowledge sharing is human nurture
10 Oct // php the_time('Y') ?>
Vision & Mission
Vision 2012
To become a trend-setting, agile, and efficient food and beverages company.
Mission
To Enrich Human Life with More Choices of Quality Tastes.
Situation
Before implementing new system
Business Issue
Hartono Atmadja, Managing Director:
“We need a new technology infrastructure that would enable us to maximize our operational efficiency and effectiveness”
Solution
Benefits
Five steps to ensure IT strategy as an integral part of business strategy:
Conclusion
“Company’s IT Strategy is an integral part of the overall business strategy rather than a planning afterthought.”
Sumber:
http:// www. microsoft. com/casestudies/Case_Study_Detail .aspx?casestudyid=4000000887
http:// www. garudafood.com
10 Oct // php the_time('Y') ?>
Kita sebagai calon pemimpin atau bahkan pemilik suatu perusahaan, sering kali yang terjadi kendala adalah faktor resistensi para karyawan ketika akan melakukan sebuah proyek perubahan manajemen perusahaan tersebut. Oleh karena itu kita sebagai pemimpin harus memotivasi mereka, menjelaskan dengan baik akan seperti apa hasil perubahan yang terjadi. Kita dapat meyakinkan mereka dengan memberikan harapan bagi mereka, dengan adanya harapan mereka akan terlibat dalam proyek perubahaan tersebut dan mampu berkontribusi lebih untuk sama-sama berubah ke arah yang lebih baik.
Pembentukan Harapan:
Pencitraan + Pengetahuan dan Pengalaman + Janji Perubahhan akan membentuk suatu ekspektasi yang dapat berkembang menjadi harapan, sehingga dengan harapan ini diharapkan para karyawan dapat jauh terlibat di dalam perusahaan dengan harapan tersebut sebagai motivasinya
Harapan dan Teori Atribusi:
Hal-hal yang harus dilakukan kita sebagai pemimpin
dengan kata lain kita jangan membiarkan karyawan tidak puas, dan jangan buat karyawan puas.
Selain itu kita dapat membangun hal-hal kasat mata yang dapat membangun optimisme, seperti:
Kita juga harus mengetahui ancaman-ancaman apa saja yang biasa terjadi :
Oleh karena itu dengan poin-poin ini kita dapat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk melakukan perubahan bersama-sama para karyawan yang termotivasi dengan harapan-harapan kesuksesan bersama.
kata kunci dalam manajemen harapan : logical reasoning, learn to unlearn, together we can.
23 Sep // php the_time('Y') ?>
Afryan Thamrin (0932201560)
Ernawaty (0932201466)
Jey Nelson (0932201535)
Profil Perusahaan
Analisa Perusahaan
Pangsa Pasar Boeing Tahun 2000
Kendala yang Dihadapi
Strategi yang Diterapkan :
CATIA (Computer Aided, Three-dimensional, Interactive Application)
Knowledge Management dalam Boeing
Profil Philip Condit
Hasil yang Dicapai
Kesimpulan
Afryan Thamrin (0932201560)
Ernawaty (0932201466)
Jey Nelson (0932201535)
22 Sep // php the_time('Y') ?>
Business Process
Menurut Aguilar Shaven dan Olhger (2002) proses bisnis adalah it is the business processes that are the key element when integrating an enterprise. Selain itu proses bisnis didefinisikan oleh Hammer dan Champy (1993) sebagai a collection of activities that takes one or more kinds of input and creates an output that is of a value to the customer. Kemudian Aguilar Saven (2003) menekankan proses bisnis adalah business process is related to the enterprise, as it defines the way in which the goals of the enterprise are achieved. Sedangkan Laguna dan Marklund (2005) mendefinisikan proses bisnis dengan cara yang komprehensif yaitu, a business process is a network of connected activities and buffers with welldefined boundaries and precedence relationships, which utilize resources to transform inputs into outputs for the purpose of satisfying customer requirements. Sehingga dapat disimpulkan definisi proses bisnis adalah kumpulan aktivitas yang memproses input menjadi output yang memberikan value terhadap perusahaan.
Selanjutnya konsep pemodelan proses bisnis dikembangkan dalam skala besar untuk memfasilitasi perkembangan software yang digunakan untuk mengembangkan proses bisnis, dan memungkinkan proses analisis dan re-engineering dalam melakukan peningkatan (improvement).
Proses bisnis yang mendapat perhatian lebih adalah proses bisnis yang dapat dikembangkan/ ditingkatkan menjadi lebih efektif atau efisien serta meningkatkan system value dalam operasionalnya.
Business Process Modelling
Sebuah proses bisnis didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan yang terstruktur, dapat diukur, dan dirancang untuk menghasilkan output tertentu untuk pengguna tertentu, (Davenport, 1993). Menurut Lavery (1992), sebagian besar masalah yang dihadapi perusahaan karena prosedur bisnis internal yang tidak efektif dan efisien sehingga menghambat kinerja perusahaan tersebut. Oleh karena itu pemodelan proses bisnis merupakan solusi awal untuk mengatasi masalah tersebut.
Business process modelling akan menghasilkan sebuah model untuk menggambarkan proses bisnis tertentu dalam perusahaan tersebut dengan menggunakan berbagai teknik pemodelan diagram dan tabel. Sebuah model adalah representasi dari proses bisnis, yang mencerminkan realitas dengan menangkap semua informasi yang diperlukan pada proses perilaku. Sehingga dengan model ini, maka proses bisnis akan secara mudah dianalisa dan diperbaiki sehingga menghasilkan suatu BPI.
Kesuksesan business process modeling begantung pada pemilihan metode pemodelan, metode dan analisis yang tepat. Untuk melakukan ini sangat banyak teknik dan metode analisis yang dapat digunakan, seperti flowchart, data flow diagram, object oriented methodology, penggunaan tabel, dan sebagainya.
Business Process Improvement
Business Process Improvement (BPI) has been defined as the critical analysis and radical redesign of existing processes to achieve breakthrough improvements in performance measures (such as cost reduction, time reduction or quality Improvement). (McMillan, 2001)
Phalp (1998) menyarankan dalam menerapkan BPI pemilihan metode harus disesuaikan dengan kondisi perusahaan sekarang ini, dan metode mana yang paling nyaman untuk digunakan dalam penerapannya di dalam perusahaan tersebut, karena selain metode yang tepat, faktor dampak dari manusia yang akan menjalankan serta merasakan perubahan yang terjadi baik itu menerima maupun menolak, akan menjadi faktor yang paling krusial dalam mempengaruhi tingkat kesuksesan dalam menerapakan business process improvement (BPI). Hal ini juga ditunjukkan dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan, bahwa faktor yang paling berbahaya untuk membuat proyek itu gagal adalah faktor resistensi dari manusia di dalam perusahaan tersebut.
22 Sep // php the_time('Y') ?>
Occupational Health Care (OHC) dapat didefinisikan sebagai disiplin dan kegiatan yang membahas pencegahan penyakit dan kecelakaan yang disebabkan oleh resiko bahaya di tempat kerja.
Providing a safe and healthy working environment is much more than just complying with current legislation; it is a question of sustainability for the continuity of company operations. Nowadays organizations are looking to improve by using management models that incorporate concepts of good practice in their relationships with employees, society, shareholders, suppliers and competitors. (ALLEDI, 2002).
Increasingly the concerns of government, business-men and unions in improving the health, safety and environmental conditions of the work-place are being highlighted. Because of this planning is necessary that allows for the participation of top management and employees when it comes to finding practical and economically viable solutions (ARANTES, 2005).
OHC sendiri sudah menjadi standar yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan di dunia, bahkan Indonesia sendiri sudah membuat regulasi yang mewajibkan setiap perusahaan memiliki OHC.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Pasal 23 tentang Kesehatan disebutkan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktifitas kerja secara optimal, meliputi pelayanan kesehatan pencegahan penyakit akibat kerja.
Oleh karena itu untuk meningkatkan produktifitas kerja, perusahaan mengupayakan OHC untuk menjaga kesehatan para karyawannya. Adapun tujuan dari diselenggarakannya upaya kesehatan kerja dalam suatu industri antara lain: (Sama’mur, 1992).
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3. Memelihara dan mempergunakan sumber produksi secara aman dan efisien
22 Sep // php the_time('Y') ?>
Menurut Damij (2008), Tabullar Application Development (TAD) methodology represents a new concept, which is simple and very different from the ideas used in other approaches. TAD introduces an effective way to identify, model, and improve business processes, which is unique to this methodology. TAD methodology is based on the following concept: any enterprise is considered to have a number of business processes. Each business process includes a set of work processes. A work process consists of a group of procedures and activities.
Keunggulan TAD dibandingkan metode lain adalah, TAD merupakan suatu konsep baru yang sederhana. TAD memperkenalkan cara yang efektif untuk mengidentifikasi model dan cocok digunakan dalam proyek BPI, selain itu TAD menggunakan tabel yang dapat membantu pemahaman akan proses perubahan yang akan terjadi, sehingga orang dapat mudah memahami bagaimana perkiraan hasil peruubahan tersebut dan hal ini akan mengurangi dampak resistensi manusia dalam pelaksanaan proyek BPI. TAD juga sangat mudah diterapkan sehingga investasi yang dikeluarkan tidak terlalu besar.
Metodologi TAD juga memiliki dasar konsep seperti berikut: sejumlah perusahaan dianggap memiliki sejumlah proses bisnis, dimana setiap proses bisnis tersebut meliputi serangkaian proses kerja, dan proses kerja tersebut terdiri dari sekelompok prosedur dan kegiatan. Jadi dengan penerapan TAD yang sederhana ini, maka perusahaan dapat melaksanakanya tanpa mengeluarkan biaya yang cukup besar.
TAD dalam penerapannya terdiri dari 6 fase/ tahap, yaitu:
Selain itu dalam perancangannya TAD menggunakan tabel, yang digunakan untuk menunjukkan proses bisnis, proses kerja, prosedur, dan kegiatan. Kemudian tabel-tabel inilah yang akan dianalisa untuk mengetahui kebutuhan perusahaan dalam menerapkan BPI. Alasan menggunakan tabel ini adalah :
22 Sep // php the_time('Y') ?>
PT. INTI
(Industri Telekomunikasi Indonesia)
VISI & MISI
Visi:
Visi PT. INTI adalah menjadi pilihan pertama bagi pelanggan dalam mentransformasikan “mimpi” menjadi “kenyataan”.
Misi :
Divisi Jasa Integrasi Teknologi
Salah satu unit bisnis dalam PT. INTI, bergerak dalam bidang jasa integrasi teknologi yang meliputi kastemisasi sistem dan penjualan produk mandiri PT. INTI. Produk kastemisasi perangkat lunak: Network Management System, Fault Management System Di sisi perangkat keras produk-produknya meliputi General Purpose Agent, IMTE, IMDE, rectifier, rack and cabinet dan lain-lain.
Tantangan yang Dihadapi Divisi JIT
Upaya yang Dilakukan Divisi JIT
ITIL adalah framework yang terintegrasi, berbasis pada proses dan merupakan best practice pengelolaan layanan IT, dasar dari ITIL adalah Service Delivery dan Service Support
Dalam ITIL, semua kegiatan dalam Service Support, disimpan dalam suatu database yang disebut CMDB (Configuration Management Data Base) sebagai knowledge base Dengan CMD informasi dapat dikumpulkan dan disimpan dengan lebih cepat lebih mudah serta lebih cepat untuk tindak lanjut berikutnya
Mekanisme Call Center
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Nurjahja WS, A. 2008. Call Center Berbasis knowledge. (Online) http://iatt.kemenperin.go.id/tik/fullpaper/fullpaper118_Ari_Nurtjahja.pdf
19 Sep // php the_time('Y') ?>
Latar Belakang
Pada saat ini perubahan bisnis begitu cepat dan sulit untuk diprediksi. Hal ini yang menuntut kesiapan berbagai instansi seperti perusahaan ataupun universitas dalam persaingan yang begitu ketat satu sama lain dalam dunia bisnis. Dalam persaingan, baik perusahaan maupun universitas harus melewati tantangan eksternal dan internal. Oleh karena itu perusahaan/ universitas melakukan Business Process Improvement agar tidak hanya bertahan hidup, tapi mampu berkembang dengan baik.
Salah satu hal internal yang mempengaruhi BPI dalam perusahaan/ universitas adalah culture. Culture sendiri bersifat abstrak namun dinamis tergantung visi misi kepemimpinan, sistem di perusahaan, serta kecerdasan individual di dalam perusahaan tersebut. Sehingga culture dapat terdiri dari dua jenis yaitu corporate culture dan individual culture. Dengan Culture sudah terbentuk, maka visi dan misi perusahaan akan terlihat secara nyata bentuk dan pencapaian target yang bisa dicapai.
Binus University atau yang cukup dikenal dengan Binus, adalah contoh universitas yang menerapkan culture di dalamnya untuk mencapai sasaran utamanya. Bahkan culture menjadi strategi khusus oleh Binus dalam melaksanakan BPI, karena bagi Binus untuk mencapai suatu sasaran harus mendapat dukungan seluruh civitas akademika serta dukungan dari yayasan Bina Nusantara dan seluruh unit Binus lainnya sehingga terjadi suatu kerjasama yang baik melalui implementasi strategi serta disiplin dalam menjalankan evaluasi agar dapat merealisasikan sasaran-sasaran utama Binus.
Visi dan Misi Binus
Binus memiliki visi dan misi yang dibentuk pada tahun 2006 dan diharapkan visi tersebut akan dicapai pada tahun 2010. Visi dan misi inilah yang menjadi landasan Binus melakukan perubahan dengan melakukan BPI.
Visi
Unggul sebagai lembaga pendidikan berbasis teknologi informasi yang diterima sebagai panutan, siap berkompetensi dan beradaptasi terhadap perubahan global.
Misi
Dalam mencapai visinya, Binus menetapkan misi sebagai berikut:
Masalah dan Tantangan
Adanya masalah dan tantangan yang dihadapi Binus dalam perkembangannya. Masalah dan tantangan yang menyebabkan Binus membentuk suatu proyek BPI untuk terus berkembang dan mampu bersaing.
Masalah
Tantangan
Culture
Diatas dapat dilihat betapa pentingnya peran culture untuk mencapai visi, bahkan culture yang tidak baik dapat menjadi masalah yang cukup serius dalam perkembangan Binus. Adapun culture yang diterapkan di Binus, yaitu:
Corporate Culture
Corporate culture Binus dikembangkan sebagai perekat seluruh civitas akademika. Corporate culture Binus antara lain:
Individual Culture
Individual culture yang sehat merupakan factor kunci dan kritis dalam pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan Binus. Individual Culture yang ditanamkan di setiap BiNusian adalah keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil.
Pengaruh Culture
Melihat pentingnya culture tersebut, maka individual culture di Binus diharapkan beperan sebagai enabler dalam penciptaan spirit of achievement BiNusian dan good university governance.
Selain itu dukungan juga didapat dari coporate culture, yaitu:
Culture yang diterapkan juga memberikan keuntungan dalam pelaksanaan project change management pada segi proses bisnis, seperti contoh
Strategi Utama
Dengan melihat sasaran dan tantangan serta masalah, Binus melakukan change management menggunakan strategi sebagai berikut:
Dengan strategi utama yang didukung oleh culture yang diterapkan inilah yang membuat Binus berhasil mencapai sasaran “university of choice” pada tahun 2010. Pencapaian ini membuat posisi Binus semakin kuat sebagai institusi pendidikan tinggi sehingga dapat lebih menyumbang kemajuan bangsa dengan memberikan pendidikan bermutu.
Kesimpulan
Untuk mencapai sasaran atau keberhasilan suatu proyek perlu dilakukan suatu perubahan yang mampu meningkatkan proses bisnis pada Binus. Semua dapat berjalan dengan lancar apabila terdapat usaha dan kerjasama yang efektif dari segenap civitas akademika Binus. Oleh karena itu peran corporate culture dan individual culture sangat beperan penting dalam BPI pada Binus University.
Saran
Perusahaan harus mampu menerapakan culture yang baik kepada setiap pihak, karena keberhasilan suatu proyek sangat bergantung dengan human resources yang terlibat didalam perusahaan tersebut. Selain itu, culture yang digunakan harus sesuai dengan budaya dimana lokasi perusahaan tersebut berada agar tidak menimbulkan hambatan pada saat penerapan.
DAFTAR PUSTAKA
http://djodiismanto.blogspot.com/2008/07/corporate-culture.html
http://www.binus.ac.id/Data/rector%20report/renstra%20binus%20untuk%20web.pdf
26 Aug // php the_time('Y') ?>
IBM sebuah perusahaan besar yang mendunia, pernah mengalami masa-masa krisis. Dimana mereka hampir menuju kebangkrutan. Namun seorang penyelamat IBM bernama Louis V. Gerstner mampu membangkitkan kembali IBM menuju puncak kejayaannya lagi. Kita lihat secara ringkas perjalannya dibawah ini.
Profil IBM
Profil Louis V. Gerstner (CEO IBM 1993-2002)
Yang Dimiliki IBM Saat Itu
Kendala yang Dihadapi
▫ Strategi dan kultur perusahaan tidak adaptif terhadap perubahan
▫ Organisasi yang resisten terhadap perubahan
▫ Disfungsional birokrasi
▫ Perubahan kebutuhan pelanggan
▫ Penawaran kompetitor yang lebih baik
Strategi yang Diterapkan Gerstner
Hasil yang Dicapai
8 Prinsip Dasar IBM
Kesimpulan
▫ Excellence in everything we do
▫ Superior customer service
▫ Respect for the individual.
Referensi
30 Jul // php the_time('Y') ?>
Barrier Communication
Pada saat sekarang ini, perusahaan terus berkembang dan mengalami perubahan. Perkembangan perusahaan tak luput dari kerja keras para stakeholder dan shareholder di dalamnya. Sekarang setiap orang berhak memberikan pendapatnya untuk membawa suatu perubahan positif untuk perusahaan. Namun dalam pelaksanaanya justru pendapat atau komunikasi antar satu dengan yang lain ini lah yang dapat menyebabkan barrier terjadi. Bahkan menurut Harrington masalah komunikasi memiliki skala 9 dari 10 di sebuah perusahaan. Ini menunjukkan betapa sensitifnya komunikasi sehingga bisa mengakibatkan masalah yang cukup berarti dalam sebuah organisasi bahkan akan berdampak pada perkembangan perusahaan tersebut. Oleh karena itu kita harus mengerti apa yang hambatan yang terjadi karena komunikasi dan bagaimana kita mengatasi kendala itu kalau terjadi demikian agar perusahaan/ organisasi menjadi lebih berkembang kedepannya.
Adapun hambatan yang terjadi karena komunikasi antara lain:
Hambatan Teknis
Keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi. Dari sisi teknologi, semakin berkurang dengan adanya temuan baru dibidang kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, sehingga saluran komunikasi dapat diandalkan dan efesien sebagai media komunikasi.
Menurut Cruden dan Sherman dalam bukunya Personel Management, 1976, jenis hambatan teknis dari komunikasi :
Hambatan Semantik
Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau idea secara secara efektif. Definisi semantik sebagai studi atas pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa. Kata-kata membantu proses pertukaran timbal balik arti dan pengertian (komunikator dan komunikan), tetapi seringkali proses penafsirannya keliru. TIDAK ADANYA hubungan antara Simbol [kata] dan apa yang disimbolkan [arti atau penafsiran], dapat mengakibatkan kata yang dipakai ditafsirkan sangat berbeda dari apa yang dimaksudkan sebenarnya. Untuk menghindari mis komunikasi semacam ini, seorang komunikator HARUS memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan karakteristik komunikannya, dan melihat kemungkinan penafsiran terhadap kata-kata yang dipakainya.
Hambatan Manusiawi
Terjadi karena adanya faktor, emosi dan prasangka pribadi, persepsi, kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat pancaindera seseorang, dll.
Menurut Cruden dan Sherman :
Perbedaan persepsi, perbedaan umur, perbedaan keadaan emosi, ketrampilan mendengarkan, perbedaan status, pencairan informasi, penyaringan informasi.
Suasana iklim kerja dapat mempengaruhi sikap dan perilaku staf dan efektifitas komunikasi organisasi.
Mengatasi kendala Komunikasi dalam Organisasi
Beberapa solusi yang dapat ditawarkan dalam mengatasi kendala-kendala
yang muncul dalam proses komunikasi organisasi antara lain :
Menciptakan hubungan intim yang dimiliki dengan orang-orang lain dalam tingkat pribadi, antar teman, sesama sebaya ataupun dengan atasan, biasanya disebut hubungan antar persona16. Suatu anailisis khusus tentang hubungan antar pesona menyatakan bahwa kita akan berhasil menciptakan komunikasi dalam organisasi bila melakukan hal-hal berikut ini :
1) Menjaga kontak pribadi yang akrab tanpa menumbuhkan perasaan
bermusuhan
2) Menetapkan dan menegaskan identitas kita dalam hubungan dengan orang lain tanpa membesar-besarkan ketidaksepakatan.
3) Menyampaikan informasi kepada oranglain tanpa menimbulkan kebingunngan, kesalahpahaman, penyimpangan, atau perubahan lainnya yang disengaja
4)Terlibat dalam pemecahan masalah yang terbuka tanpa menimbulkan sikap mbertahan atau menghentikan proses
5)Membantu orang-orang lainnya untuk mengembangkan gaya hubungan persona dan antar pesona yang efektif
6) Ikut serta dalam interaksi social informal tanpa terlibat dalam muslihat atau gurauan atau hal-hal lainnya yang menggangu komunikasi yang menyenangkan
Hubungan antar pesona cenderung menjadi lebih baik bila kedua belah pihak melakukan hal-hal berikut yaitu menyampaikan perasaan secara langsung dan dengan cara yang hangat dan ekspresif, menyampaikan apa yang terjadi dalam lingkungan pribadi mereka melalui penyingkapan diri, menyampaikan pemahaman yang positif, hangat kepada satu sama lainnya dengan memberikan respons-respons yang relevan dan penuh pengertian, bersikap tulus kepada satu sama lain dengan menunjukan sikap menerima secara verbal maupun non verbal, selalu menyampaikan pandangan positif tanpa syarat terhadap satu sama lainnya dalam perbincangan yang tidak menghakimi dan ramah, berterus-terang mengapa menjadi sulit atau bahkan mustahil untuk sepakat satu sama lainnya dalam perbincangan yang tidak menghakimi, cermat, jujur, dan membangun.
b.Hubungan Posisional
Hubungan posisional ditentukan dengan pendekatan struktur dan tugas-tugas fungsional anggota organisasi. Menurut Koontz dan O’Donnel (1968) untuk mengatasi kesalahan umum yang merintangi kinerja efektif dan efisien individu dalam organisasi yang disebabkan ketidaklancaran proses komunikasi di organisasi adalah ;
1)Merencanakan penempatan / pengaturan jabatan secara benar
Sebagian dari kegagalan untuk merencanakan dengan benar lebih banyak terletak pada pengaturan orang-orang dari jabatan yang diberikan dari atasan sehingga pada akhirnya terjadi kegagalan dalam komunikasi horizontal dan vertikal yang ada dalam organisasi. Untuk dapat mencairkan kondisi tersebut ada baiknya melakukan rencana penempatan orang-orang yang ada di organisasi dengan berdasarkan kemampuan dan kesenioritasan yang diakui oleh individu-individu yang ada dalam organisasi
2)Berusaha menjernihkan hubungan
Kegagalan untuk menjernihkan hubungan organisasi menimbulkan kecemburuan, percekcokan, ketidakamanan, ketidakefisienan,dan pelepasan tanggung jawab lebih banyak dari kesalahan lainnya dalam pengorganisasian. Untuk itu perlu adanya individu yang dapat menjadi jembatan untuk mencairkan situasi kebekuan komunikasi horizontal dan vertikal antar sesama rekan dan antara bawahan – atasan.
c. Hubungan Berurutan
Informasi disampaikan ke seluruh organisasi formal oleh suatu proses; dalam proses ini orang dipuncak hierarki mengirimkan pesan ; kepada orang kedua yang kemudian mengirimkannya lagi kepada orang ketiga. Reproduksi pesan orang pertama menjadi pesan orang kedua, dan reproduksi pesan orang kedua menjadi pesan orang ketiga. Tokoh kunci dalam sistem ini adalah pengulang pesan (relayor).
A.G. Smith (1973) memperkenalkan empat fungsi dasar yang dilakukan seorang pengulang pesan, yaitu :menghubungkan, menyimpan, merentangkan dan mengendalikan. Para pengulang pesan adalah orang-orang perantara – penengah antara pengirim dan penerima. Mereka menghubungkan unit-unit sistem dengan menyelaraskan unit-unit tersebut satu sama lainnya. Adakalanya pengulang pesan mengubah pesan yang dibawanya untuk tujuan menghasilkan keharmonisan antara unit-unit dalam sistem tersebut, namun mengubah pesan bertentangan dengan etika memelihara dan melestarikan sistem. Meskipun demikian, dengan mengatur penyampaian, penyimpanan, dan penafsiran pesan, seorang pengulang pesan melakukan pengendalian atas sistem komunikasi.
sumber :
Cruden & Sherman, “Personel Management”, Prentice Hall, Minnesota, 1989
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_verbal
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_non_verbal
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_organisasi
http://jihadi.staff.umm.ac.id/files/2010/01/2_komunikasi_organisasi.pdf
Smith and Williamson,”Distortion and Communication Missing”, University of
Chicago Press, 1991